Friday, April 3, 2009

Being a Grown-up

grown-up........

Menilai dan melihat sesuatu berdasarkan angka.
Humm...mo nyari kerja liat salary, mo beli barang liat harga, mo nyari kerja ngeliat IPK, mo nyari suami ngeliatnya udah punya seorang istri apa belum. Termasuk "ingin selalu menjadi yang pertama".

Senang[gila] akan pujian.
Siapa yg ga seneng dibilang "cantik deh kamu", atau pinter deh kamu", "anakmu lucu", "mobilmu keren", dsb. Jadi jangan salah klo yang namanya pamer adalah mutlak hukumnya.

Mengetahui segala hal adalah penting.
Karena ngga ada yang pengen dibilang "ketinggalan jaman", "ngga gaul", "gaptek", dsb. Itulah mengapa infotainment laku keras dipasaran. Termasuk gosipin tetangga, dan ngerasa [sok]tauuuu tentang segala hal milik orang laen.

Itu beberapa hal yg aku tangkep dari buku little prince....dan Masih banyak lagi yg berhubungan dengan namanya "grown-up".

Semakin bertambah umur seseorang, dia akan ngerasa bahwa dirinya lebih berpengalaman dan lebih dewasa diatas mereka yang bau kencur. Makanya jangan heran klo ada org yang lebih tua sering ngatain : "kamu itu masih belum berpengalaman", "kalau udah pernah ngerasain baru tau rasa", "ngga mau dengerin kata2x orang tua sih", dsb. Tapi kesannya unfair banget.... mungkin bener umur bertambah dan pengalaman jg semakin banyak, tapi inget klo jaman juga berubah jadi berusahalah memahami dan lebih flexible. [Gajah didalam ular Boa ataupun sebuah topi, silahkan cari dibukunya]

Banyak org yang berusaha mengumpulkan ilmu, untuk suatu status atau gelar supaya lebih terpandang dan dihargai. Tapi kenyataannya, banyak yang tidak bisa menerapkan apa yang mereka ketahui itu dikehidupan nyata. You knew something from the book and then make an hypotheses without knowing is that true or not.

Menjadi bijaksana adalah terhormat. Karena mereka merasa paling bijaksana, mereka bisa memutuskan mana yang benar, mana yang salah, mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tapi sayangnya, terkadang mereka lupa untuk men-judge diri mereka sendiri.

Menganggap apa yang dipercayai adalah segalanya. Mereka akan menganggap org yang yang tak sepaham adalah kebodohan atau mungkin awkward, clumsy, etc... Ngga lupa mereka akan menganggap dirimu "narrow minded" karena tidak bisa sepaham dengan mereka[ngga kebalik apa ya?].

Saat menerima suatu kritik. Mereka akan membalas dengan beribu2x kata, jikalau kritiknya tak tepat sasaran. Dan kalau emang tepat, mereka akan mengatakan dirimu Kejam karena mengatakan sesuatu yang menyakitkan hati mereka yang rapuh.

Orang yang tak pernah jatuh dan mengalamin "kejamnya dunia", akan lebih ngerasa semena-mena. Karena bagi mereka "kegagalan" adalah suatu aib. Jadi tak ada kata gagal untuk meraih suatu kesuksesan. [aku pikir ada baiknya setiap org ngerasain apa itu gagal~entah apapun bentuknya, supaya mereka bisa lebih tegar ngadepin hidup]

Mengapa setiap kata Maaf selalu diikuti kata Tetapi? kembali lagi ke masalah harga diri. Grown-up butuh pembelaan agar namanya tak tercemar. Berkata maaf tanpa pembelaan, bisakah?....hummm "Aku tau aku salah, tapi...."

Mereka menaruh hidup mereka sendiri ditempat yang paling membosankan. Contohnya : Aku!!!... Hates this job, but still do it and keep blame myself. Hanya karena sejuta alasan yang tak masuk akal[seperti penjaga lantera ataupun drunker dalam buku little prince]

Ngga lupa, mereka senang sekali dikasihani. Karena itu artinya mereka merasa masih diperhatikan. Tapi mereka lupa memperhatikan kebutuhan orang lain disekitarnya.

Shame on me....ternyata aku juga grown up.

How about you guys??

2 comments:

  1. being grown up..yang pasti ada enak dan gak enaknya kan, nge? hehehe..

    ReplyDelete
  2. Yupz...
    Tapi kita ga bisa nolak buat jadi grown-up...Jadi, ya jalanin aja semampunya.....^^

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...